Friday, April 11, 2008

DEMOKRASI TANPA KAUM DEMOKRAT

Genre : Teks Filsafat – Politik
Penulis : M. Fadjroel Rahman
Tebal : 300 halaman
Ukuran : 15 x 23 cm
ISBN : 979-99545-4-1
Harga : Rp. 50.000,-

*********
Seolah-olah kaum demokrat dengan lembaga demokrasi dan kaum anti demokrat dengan lembaga anti demokrasi itu sama saja. Tidak ada bedanya Soeharto, pengikut, dan lembaga politik yang menopang kediktatoran fasis Orde baru dengan kaum demokrat yang menggulingkannya. Seolah-olah tidak ada pertarungan politik (political struggle) bahkan perang demokrasi berkepanjangan (protracted democratic war) yang harus dimenangkan, yang melibatkan gagasan (ideas), kekuatan (forces), dan relasi kekuasaan. Seolah-olah gagasan demokrasi terlepas dari upaya membangun, memperjuangkan kekuatan dan relasi kekuasaan demokrasi. Seolah-olah tahap otoriter-totaliter, tahap transisi demokrasi dan tahap sistem demokrasi yang diperluas dan diperdalam itu, ilusi demokrat radikal saja. Sudut pandang buku ini, tegas membedakan bahwa kaum demokrat dan lembaga demokrasi itu berbeda secara distingtif dengan lawannya. Sebab, setelah reformasi total bergulir, signifikansi antara pro demokrasi dan anti demokrasi makin penting dan menemukan makna baru. Adalah ilusi jika kita mengira dapat membangun dan mempertahankan demokrasi tanpa kaum demokrat…

“Dalam keliaran dan kejenakaan berpikir serta berbahasa, Fadjroel berusaha membantah bahwa tidak ada lagi problem transisi demokrasi setelah Soeharto—yang pernah memenjarakan Fadjroel—mengundurkan diri. Hampir semua bagian buku ini “dikunci” dengan konsep-konsep kuat berupa demokrasi partisipatif, sosialisme partisipatif, ekonomi partisipatif serta dua jenis emansipasi pokok; emansipasi individual dan emansipasi sosial. Kemenangan politik-simbolik Golongan Putih (Baru) digunakannya sebagai simbol-simbol kemenangan sementara dari gerakan perlawanan ini. Ya, melawan, karena transisi demokrasi kita ternyata lebih banyak berjalan di sisi yang menimbulkan badai kekecewaan di masyarakat setelah hampir sembilan tahun gerakan reformasi total dilambungkan ke angkasa oleh para demonstran dan aktivis 1998, yang karena terpaksa kemudian diamini oleh para politik waktu itu…” (Effendi Gazali, Koordinator Program Master Komunikasi Politik Universitas Indonesia, alumnus Cornell & Radboud University)

___________________
M. Fadjroel Rachman
Aktif mengembangkan Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan (Pedoman Indonesia) atau Research Institute of Democracy and Welfare State, dan kerjasama internasional di jaringan Southeast Asian Forum for Democracy, dan Asia Pacific Youth Forum (Tokyo). Pernah aktif di Forum Demokrasi, mantan koordinator Konfederasi Pemuda dan Mahasiswa Sosialis Indonesia (KPMSI), dan Masyarakat Sosialis Indonesia (MSI/Ketua Badan Pekerja). Kandidat (42 besar) Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Sejumlah penelitian dan artikelnya dibukukan bersama seperti Social Democracy Movement in Indonesia (FES, 2001), May Revolution and Mass Media (Gramedia, 2001), dan Soetan Sjahrir: Guru Bangsa (PDP Guntur 49, 1999). Antologi puisinya Sejarah Lari Tergesa (GPU, 2004) menjadi nominator Khatulistiwa Literary Award 2005. Karya-karya lainnya, Catatan Bawah Tanah (YOI, 1993), Pesta Sastra Indonesia (Kelompok Sepuluh, Bandung, 1985), Dunia Tanpa Peta (Novel, proses penerbitan) dan Republik Tanpa Publik (Pledoi, proses penerbitan). Aktif menulis di Kompas, Horison, Tempo, Koran Tempo, Gatra, Forum Keadilan, Pikiran Rakyat, Media Indonesia, Jawa Pos, Suara Pembaruan, Banjarmasin Post, Ganesha, Mata Baca, Warta Ekonomi, dan penerbitan lainnya. Afrizal Malna mencatat namanya dalam Leksikon Para Penyair (“Sesuatu Indonesia”, Bentang Budaya, 2000), Dewan Kesenian Jakarta dalam Leksikon Sastra Jakarta : Sastrawan Jakarta dan Sekitarnya (Bentang Budaya, 2003), dan Korrie Layun Rampan dalam Leksikon Susastra Indonesia (Balai Pustaka, Jakarta, 2000).Menjadi presenter (anchor) talkshow di televisi dan radio: TVRI Pusat Jakarta (Debat Mahasiswa, Dialog Industri Kecil dan Menengah), Televisi Indosiar (Jurdil 1999, Dinamika), RRI Pro 3 Jakarta (Pustaka-Pustaka Book Review kerjasama Matabaca dan Bank Naskah Gramedia). Anggota Lingkar Muda Indonesia (kelompok diskusi Kompas) Narasumber analisa politik-ekonomi di SCTV (Topik Minggu Ini dan Liputan 6), Metro TV, Trans TV, ANTV, Indosiar (Republik BBM/Pengadilan BBM?co-panelist), radio 68H dan Elshinta.Pernah kuliah di Institut Teknologi Bandung (Jurusan Kimia), dan Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (Manajemen Keuangan). Terlibat Gerakan Lima Agustus ITB (1989) yang menuntut turunnya Jenderal Besar (Purn) Soeharto, dan pembubaran Kediktatoran Fasis Orde Baru, menjadi tahanan politik berpindah-pindah 6 penjara termasuk Sukamiskin dan Nusakambangan. Sebelumnya “tahanan politik singkat” Peristiwa Kaca Piring (1989), Peristiwa Long March Bandung-Badega/Garut (1989), dan Bakorstanasda Jabar pada Peristiwa Tahun Baru ITB (1987)Enam tahun kemudian, di Universitas Indonesia, pada Mei 1998 aktif sebagai Presidium Forum Mahasiswa Pascasarjana (Forum Wacana) Universitas Indonesia, bersama seluruh komponen mahasiswa UI, mahasiswa serta masyarakat, aktif menumbangkan “musuh lama” Jenderal Besar (Purn) Soeharto dan Kediktatoran Fasis Orde Baru, termasuk menduduki Gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta. Di ITB, aktif dalam kegiatan sastra, pers, kebudayaan, dan kelompok studi, antara lain: Presiden Grup Apresiasi Sastra (GAS), Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyakatan (PSIK), Kodim Sabtu (Kelompok Diskusi Mahasiswa Sabtu), Badan Koordinasi Unit Aktifitas (BKUA) ITB, Komite Pembelaan Mahasiswa (KPM) ITB, Majalah Ganesha ITB (Pendiri dan Ketua Dewan Redaksi), serta Kelompok Sepuluh Bandung.

No comments: